May 28, 2011

Pendakian Berbingkai Ikhlas

Pendakian Berbingkai Ikhlas
Waktu terus bergulir dan segera mengantarkanku ke gerbang impian. Perjalananku mengais ribuan harapan harus terus aku lanjutkan. Hari ini adalah awal hidup yang sebenarnya, akan ku mainkan peranku, ku rengkuh klimaksnya dan akan ku pungkasi dengan goresan manis yang tak terlupakan. Aku tak boleh lengah dan tak boleh menyiakan kesempatan. Aku ada, aku datang untuk menang!

“Gimana Shif? Lancar kan tadi di dalam sana? Semuanya bisa dikerjain kan?” rentetan tanya Tya menyambutku keluar dari ruang ujian seleksi perguruan tinggi.
‘Ya gitu deh.. ada yang yakin bisa dan ada beberapa yang gak yakin,”
“Ah, optimis aja. Apa yang udah kamu siapin buat hari ini, dan usaha yang udah kamu tempuh pasti ada ganjarannya,” kata Tya dengan  bijak sambil tersenyum menepuk pundakku.

Namaku Ashifa Anindhitya Azhar, beberapa hari terakhir ini adalah hari yang paling menyibukkan bagiku. Aku harus kembali bergelut dengan soal-soal ujian yang akan mengantarkanku ke ranah baru, perguruan tinggi. Memang tak mudah untuk menentukan kemana aku akan melanjutkan studi. Tapi paling tidak, masukan dari orang terdekat sangat membantuku untuk menentukan pilihan. Bidang kesehatan dan pendidikan yang akhirnya aku pilih. Selain sesuai dengan kemauan sendiri, apa yang aku lakukan semata hanya untuk membahagiakan orangtuaku tercinta. Sesederhana itu.

 “Tya.. nama kamu ada nih di pengumumannya. Teknologi Informatika. Selamat yaa..” kataku yang masih menatap lekat tiap baris nama dalam monitor.
“Makasih, kamu sendiri gimana Shif?”
“Belum ketemu nih, bantuin nyari dong! Ini nomor aku.”
Shifa kembali menekuni tiap baris nama yang tertera dalam pengumuman itu. Bersama dengan Tya, sahabat yang senantiasa menemaninya dalam berbagai suasana. Tak terkecuali di saat ini, saat pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi itu tiba. Suasana sekolah memang telah lengang, tapi tidak dengan suasana hati mereka.
“Shif, liat nama kamu.. ada dua nih! Pendidikan Dokter dan Farmasi.” suara Tya yang terdengar sedikit histeris mengagetkan Shifa yang telah enggan menatap monitor.
“Hah? Beneran? Alhamdulillah..” kataku lirih dan tak terasa senyumku kian mengembang.
“Selamat ya Shif..tuh kan, apa yang aku bilang waktu itu gak salah. Apa yang kamu lakuin gak sia-sia Shif. Dan hasilnya pun gak mengecewakan Ikut seneng deh.” kata Tya tersenyum bangga.
“Iya Tya, makasih. Jadi pengen cepet-cepet pulang terus ngasih tau ke ibu bapak. Oh iya, aku kirim pesan dulu dah ke Mbak Adhis. Mau berbagi kegembiraan.” kataku pada akhirnya.

Ini memang bukan pertama kalinya aku menerima pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi. Sebelumnya aku telah menerima keputusan bahwa aku belum diterima melalui jalur prestasi. Dan tak disangka, keberhasilan yang tertunda itu berbuah manis sekarang.
“Alhamdulillah adek dapet dua-duanya. Mau ngambil yang mana?” kata ibuku usai aku menceritakan berita menggembirakan ini.
“Gak tau mau yang mana. Masih bingung, Bu. Terserah ibu ama bapak aja. Ini pengumumannya kalau mau lihat.” kataku sambil menunjukkan ratusan nama yang tertera jelas dengan keterangan lain di dalamnya.
Satu per satu barisan huruf itu dibaca oleh orangtuaku dengan seksama, terutama bapak. Ada guratan lain yang terukir di wajahnya. Sesuatu yang baru dan tak pernah  ku lihat sebelumnya. Seperti biasa, kediaman lakunya menyiratkan banyak hal yang sulit untuk diterka. Seperti saat ini.
“Gak usah diambil ya dek,” ungkap bapak dengan nada pelan namun sedikit menyesakkan dada hingga apa yang beliau katakan tak mampu ku dengar sepenuhnya.
Hening. Tak ada respon.
Aku hanya bisa tertunduk , diam merenungi apa yang yang tengah terjadi. Belum genap sehari aku merasakan kegembiraan, kebimbangan memilih, kini aku dihadapkan pada satu hal yang tersulit. Mencoba mengikhlaskan, melepaskan apa yang telah aku dapat tanpa menikmati sedikit manisnya usaha yang telah aku lakukan.
“Shifa mau masuk kamar,” kataku  lalu bergegas menuju kamar dengan perasaan yang galau.

Tak ada orangtua yang tak bangga ketika anaknya menorehkan prestasi yang tak biasa. Apapun akan dilakukan oleh orangtua untuk mengantarkan anaknya pada kebaikan, pada apa yang telah menjadi pilihannya. Begitu pula orangtua Shifa. Sebenarnya mereka bangga dan bersyukur atas apa yang telah Shifa dapatkan, dan ingin rasanya terutama ibu Shifa untuk merealisasikan keinginan putrinya tapi sepertinya keadaan yang memaksa agar Shifa menanggalkan keinginannya. Melepaskan yang telah diraih.

Bukan suatu perkara yang mudah untuk memutuskan. Adakalanya kita mengalah untuk hal-hal yang lain. Hidup kita bukan hanya untuk saat ini, masih ada hari-hari esok, masih ada yang membutuhkan kita. Kita tak boleh egois. Mbak Adhis masih kuliah, menuju tingkat akhir, Shifa sendiri baru mau masuk kuliah, bapak dan ibu juga punya kebutuhan, dan orang lain di luar sana juga butuh pertolongan. Kata-kata bapak tadi siang terus berputar di pikiranku. Ada hal yang tiba-tiba menyesakkan dada. Tapi entah, bahkan aku sendiri tak mampu menguraikannya. Tak terasa butiran hangat meleleh dari pelupuk mata.
Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak
……….
(Ada Band_Yang Terbaik Bagimu)

“Mbak Adhis, Shifa cuma pengen membahagiakan bapak ibu. Shifa udah ngasih semaksimal mungkin, yang terbaik. Dan hasilnya pun gak mengecewakan. Tapi masih sulit rasanya untuk melepaskan seutuhnya, mengingat semua pengorbanan yang tercurahkan untuk itu. Rasanya semua sia-sia dan percuma.” kataku dengan sekuat tenaga menahan sendu.
Adhis terdiam memahami setiap kata yang mengalir lancar dari benak Shifa, adiknya. Dia semakin dewasa. Bahkan lebih dari yang aku kira. Waktu dan pengalaman memang dapat mendewasakan diri. Tapi bagaimanapun ini adalah proses menuju kematangan hidup dan aku yakin Shifa mampu melewatinya, batinnya.
“Shifa, gak ada yang percuma dan sia-sia. Apa yang telah Shifa lakukan udah bikin semua orang bangga terlebih ibu bapak. Mungkin belum saatnya semua ini menjadi milik Shifa. Tapi yakinlah, di balik ini Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah dari yang kita duga,”
“Iya, Mbak Adhis. Harus belajar ikhlas meski tak rela,”kata Shifa mengakhiri pembicaraan pada malam itu.

Hari berganti hari Shifa mencoba untuk mengikhlaskan yang apa telah ia dapatkan. Keinginannya untuk masuk di Pendidikan Dokter atau Farmasi harus ia tangguhkan dan mencoba di kesempatan lain yang tentunya tak memberatkan ibu dan bapak.
“Coba ikut yang seleksi nasional ya dek. Siapa tahu lolos dan sedikit bisa meringankan bapak,” kata bapak di suatu hari.
“Iya, besok Shifa akan coba,” jawab Shifa pendek.
Ada yang masih mengganjal di hati Shifa. Setengah hatinya masih belum berterima dan sesekali rasanya hendak menyalahkan keadaan. Hingga suatu ketika tanpa ia sadari, ia menemukan jawabannya sendiri atas kekeliruannya.
Shifa mengirim sebuah pesan pada kakaknya, Adhistya.

Mbak Adhis, dari kemarin aku bilang ikhlas-ikhlas mulu tapi cuma di bibir aja. Mau apa aja rasanya gak enak. Tapi sekarang udah bener-bener dari hati dan apa yang aku lakukan jadi lebih ringan. J

Adhis sedikit tercekat membaca pesan singkat dari Shifa. Dia benar-benar belajar dari semua ini. Belajar untuk menghargai orang lain, belajar memahami keadaan. Aku makin bangga memilikinya. Semoga selepas ini ia menjadi lebih bijak memilih, dan semua yang terbaik menjadi gantinya, batinku.

I can almost see it
That dream I’m dreamin
But there’s a voice inside my head saying
"you’ll never reach it"
Every step I’m taking
Every move I make feels
Lost with ’known direction
My faith is shakin
But I gotta keep tryin
Gotta keep my handheld high
There’s always gonna be another mountain
I’m always gonna wanna make it move
Always gonna be an uphill battle
Sometimes I’m gonna have to lose
Ain’t about how fast I get there
Ain’t about what’s waitin on the other side
It’s the climb
The struggles I’m facing
The chances I’m taking
Sometimes might knock me down but
No I’m not breaking
I may not know it but these are the moments that
I’m gonna remember most, yeah
I Just gotta keep going
And I gotta be strong
Just keep pushing on……………..
(Miley Cyrus_The Climb)

Senandung lembut namun menyiratkan energi yang luar biasa itu terus terdengar di kamar Shifa. Mengalun bersama suara hatinya yang kini tak lagi galau. Seakan mengobati dan menyadarkan dirinya kembali akan semua impian yang hendak ia raih. Tak ada kata menyerah sebelum mencoba.

Saat mereka meragukan kemampuanku, dan hampir membuatku kehilangan arah untuk melangkah, aku tak akan lengah. Masih ada banyak jalan yang bisa aku tempuh untuk menggapai apa yang aku mau, yang aku impikan. Semua ini akan aku lanjutkan. Aku harus berusaha keras untuk menggantikan apa yang telah aku peroleh sebelumnya dengan hal yang lebih baik. Lihat saja nanti, pendidikan dokter akan aku genggam bersama dengan asa dan napas doa bapak yang selalu beliau bisikkan padaku. Shifa yang sedari tadi berbicara dengan dirinya sendiri segera beranjak dari tempat tidur dan bergegas menemui kedua orangtuanya.

“Ibu.. bapak.. maafin Shifa. Belakangan ini mungkin banyak tingkah laku yang tak berkenan telah Shifa tunjukkan. Shifa masih egois,” aku Shifa dengan tulus.
“Iya.. Bukannya kami tidak mau mengusahakan apapun untuk Shifa, tapi yang perlu Shifa tahu, yang terpenting adalah Shifa mendapatkan yang terbaik dan Shifa bisa lebih bijak memilih. Cari yang lain dulu ya?” kata bapak sambil tersenyum kecil.
“Shifa akan berusaha lagi,” jawab Shifa dengan mantap diiringi dengan senyuman lega.

Hari ini…
Ketika impian telah menjadi kenyataan dan kenyataan harus bergelut dengan keadaan, hanya niat yang kokoh yang mampu menegakkan harapan. Selalu ada jalan untuk mereka yang berani mengambil resiko dan mengorbankan yang mereka punya untuk mendapatkan yang terbaik. Tantangan harus dihadapi, kesempatan tak boleh disiakan. Karena hidup adalah pendakian.


Jogja-Magelang, di penghujung waktu
Menggores cerita dalam bingkai keikhlasan
*Lintang pambarep

Apr 12, 2011

raindrops (again!!)

Sandiwara Indah Bukan Hanya Dongeng
Agustus 2009
Rasanya aku tak seberuntung orang lain yang mampu mengutarakan indahnya bait cinta dan menggenggamnya penuh arti meniti satu jalan pasti dimana tersimpan satu tujuan indah.  Aku hanya mampu merasakan cinta tanpa mereguk keindahannya. Aku harus puas dengan tetap berharap, bermimpi meskipun hanya dengan mengingat dongeng tentang pangeran atau ksatria berkuda putih sekalipun. Tapi aku tetap bersyukur.. karena cinta yang lain selalu bersemi mengisi kekosongan hati, mengusir kegundahan dan menyakinkanku bahwa mereka selalu ada kapanpun dan bagaimanapun diriku. Keluarga dan sahabat.. di sampingku...selalu.
“Jo,buruan turun! Kita tunggu di meja makan ya,” teriakan Josh seakan menghentikan gerakan penaku untuk menekuni baris berikutnya. Dengan segera aku membereskan catatan harianku dan segera meluncur menyusul yang lain di meja makan.

Mar 29, 2011

#4

Tak Mudah… Keputusan Tak Luput dari Kesalahan

“Ya ampun.. kosong lagi nih kuliah kita pagi ini? Haduh, kalau terus-terusan begini mau jadi apa kita? Capek aku bolak-balik ke  kampus tanpa ada yang nyangkut di otak. Kagak nyadar apa kalau begini ini rugi waktu,” cerocos ku di tengah hiruk pikuk suasana kampus pagi itu.
“Udalah Na, mungkin emang dosen kita lagi ada keperluan penting lain. Eh, liat nih ada hot news!!” Kata Gendis sambil menyerahkan satu lembar bulletin kampus yang ia bawa dari tadi.
Nara mengambil dan lekas membacanya. Dengan seksama ia tekuni tiap kata yang tertulis, tatapannya semakin lekat pada barisan tulisan pada bulletin yang sedang ia baca.
“Oh.. soal akreditasi itu…Aku udah tahu beritanya kemarin, dari mulut ke mulut. Yah, mau gimana lagi, banyak pihak yang kecewa.” kataku pada akhirnya.

Ternyata isu yang beberapa hari ini santer terdengar akhirnya memang terbukti kebenarannya. Akreditasi Program Studi Bahasa Inggris di Kampusku belum seperti yang diharapkan. Nilainya C. Antara harus diterima dengan hati terbuka, tetap bersyukur namun juga ada desir kekecewaan. Siapa yang salah? Ah, tidak, seharusnya pertanyaannya “apa yang salah?”. Batinku.

“Heh, kok jadi bengong sih Na? Komentar kamu cuma gitu aja?” ujar Gendis yang masih keheranan melihat sahabatnya itu terdiam.
“Ndis, kita ikut demo yuk!! Hari ini anak-anak PBI semua semester mau ke rektorat, ayok kita gabung sama mereka!” aku berteriak antusias dan tersenyum yakin ke arah Gendis.
“Kamu serius? Ikutan demo, Na? Aku belum pernah.” kata Gendis yang sedikit tak yakin.
“Aku juga belum pernah. Kita pinjem almamater terus ikutan ngumpul di hall. Buruan Ndis, ntar kita ketinggalan.” ucapku seraya menggandeng tangan Gendis.

Hari ini anak-anak PBI dari seluruh angkatan bersama dengan gabungan beberapa prodi (program studi) lain akan beranjak menuju rektorat. Tak lain dan tak bukan adalah menyuarakan pikiran mereka tentang apa yang tengah dialami prodi. Akreditasi yang memburuk. Berbekal semangat yang membuncah, menyeruak bersama suara-suara lantang yang ingin didengarkan oleh orang nomor satu yang tengah duduk di gedung megah bertuliskan barisan huruf yang rapi dan berkilau bak emas, “rektorat” UAD.

something more


Ini Aku dengan Jalanku (di Balik Jeruji Matahari)

Jangan kira aku hanya terdiam di balik kursi hitam
Yang tiap nyawa ada dalam baris kata yang tercetak rapi
Adalah amanat yang tak terperi di balik riuhnya jeruji matahari
Harusnya mereka lihat dan rasakan sendiri

Jangan pikir aku tak peduli
Teriakan mereka dan suara-suara yang lantang
Menggetarkan tiap ujung syaraf di ubunku
Harusnya mereka pahami itu

Mar 4, 2011

D'dreamer


Am I Only Dreamin’?

Kata orang, mimpi itu cuma bunga tidur. Mungkin juga bonus gimana kita menjalani hari di waktu itu. Baik atau buruk suatu mimpi tergantung apa yang kita perbuat. Iya atau enggaknya hal yang aku bilang ini (jujur) aku gak ngerti juga si ^^, cuma ngira-ngira alias nebak aja siapa tau dapat hadiah (emang Lotrean??).

Ngomong-ngomong soal mimpi, belum lama ini aku dikasi mimpi yang lumayan gokil en gak terbayang sebelumnya. Gimana enggak, rasanya campur aduk ada surprise, sedikit kaget, perasaan gak percaya bahkan terharu *hahay, mungkin berlebihan tapi emang keik gitu e ^^. Ya udah, gak usah panjang lebar kali yaa, cekidot!!

Ceritanya gini,
Pas aku balik ke rumah, tiba-tiba aku dikasi tau kalo ada seseorang yang mau ngelamar aku, sekali lagi n.g.e.l.a.m.a.r., *ihhhiiiirrrr ^^.  Ya jelas aja waktu itu aku langsung gusar, surprise gimana gitu en tanpa pikir panjang terus menolak tanpa ampun meskipun aku tau aku ada di posisi yang gak menguntungkan cz gak ada dukungan en gak ada yang mau ngebela aku *kesian banget si. Oke lanjut, selain berita (yang sebenarnya adalah berita bagus itu, hehehe) hari itu juga keluargaku mau nerima kedatangan orang yang disebut-sebut itu beserta keluarganya pula. Gilak, kenapa bisa secepat ini seh? Mana aku baru dikasi tau en gak ada siap-siapnya, batinku. Yang aku juga gak ngerti (sampe saat ini) aku gak tau siapa orangnya -namanya siapa, orang mana, dan yang laennya, sepertinya masi menjadi teka-teki yang bener-bener bikin penasaran en gregetan *wkwkwk. Intinya hari itu aku bener-bener kacau, kagak tau mesti pegimane *critanya pasrah meskipun dalam hati sedikit memberontak, tapi setengah penasaran juga sih, hehehe.

“Ne ntar dipake yoo, keiknya lebih baik kalo dicoba dulu deh,” kata adekku setengah maksa buat nyoba kebaya cantik warna ungu muda yang sengaja uda disiapin buat aku (kenapa harus ungu coba??).
“Ogah, kenapa pake beginian? Ribet banget dah. Mbok ya pake kaos keik biasanya pan gak papa, lebih natural,” kataku keukeuh membela diri.
Bukan adekku kalo dia gak mau kalah,
“Udah, nurut aja kenapa si? Gitu aja bawel, orang tinggal make terus dipoles dikit kok. Bentar lagi tu pada mau dateng tauuukk. Buruan!! *Kok jadi berasa dia kakaknya ya? Yang lair duluan siapa sih?
“Hah?? Dandan juga? Gilak aja. Ne uda aku turutin yee pake baju cantiknya, mbok jangan didandanin. Ya ya?”, kataku sambil memelas *tapi yang dikasi tampang memelas malah gak ngerasa.

Singkatnya, aku mau memakai baju cantik (kebaya) yang emang dasarnya udah dipilihin buat aku. Terus dikasi sedikit pengarahan keik gitu entah dari ibuku atau dari adekku tentang skenario yang akan di jalankan kalo ‘tamu istimewa’ itu bener-bener dateng. Mulai dari cara jalan (maklum bukan model yang jalannya bisa rapi en rapet banget *hehehe), sampe bawa nampan minuman (keik di tipi-tipi itu lhoo) *padahal tak pikir malah keik training buat waitress di cafĂ© gitu, hehehe. Abis nyimak pengarahan yang sedikit berbelit en ganti baju aku diem-diem menyelinap keluar rumah. Untung aja waktu itu situasi-kondisinya klop banget en ngedukung diriku buat kabur *hehehe, tertawa jahat. Tapi keiknya diriku terlalu khilaf, masa’ iya mau kabur masi pake kebaya? *namanya juga mimpi, mau apa aja sah ^^. Mana muka masi lusuh en rambut tergelung ruwet ditusuk pake sumpit *hehehe. Aah,bodo amat. Sebelum semuanya terjadi sesuai skenario, aku mau kabur titik.

Pas aku baru nyampe halaman rumah, sebuah mobil entah itu avanza, terios atau innova yang penting warnanya item (tapi aku yakin itu terios) mencoba parkir perlahan en menepi. Seseorang turun, wanita paruh baya yang anggun, dan “Braakk”, menutup pintu mobil lalu tersenyum melihatku. OMG, siapa itu? akankah itu camer saya? *hahaha, batinku. Belum selesai aku diem keheranan sesosok (yang rasanya tak asing) mengikutinya di belakang. Orang itu menundukkan kepala ke arah wanita paruh baya yang gak jauh dari tempatnya berdiri (mungkin itu ibunya kali yaa, hihihi) lalu ia berjalan menghampiriku *ciiaaahhh.

“Heh! Kok…… ,“ ucapnya singkat tapi tampak tak jelas cz orang itu hanya menunjukku en mengedarkan pandangannya, mungkin antara aneh campur kagum, melihat sosokku *hehehe. (bener-bener gak matching antara gulungan rambutku yang seenaknya, kebaya en sandal jepit yang aku pake waktu itu ditambah ekspresi nanggung nan heran yang paaassss banget)
“Eh, kok kamuuuuu..???” kataku tak mau kalah setelah menatap lekat sosok itu dengan terheran, agak kaget en setengah terharu pula *hahahahayyy.

Kriiiinggg… Kriiiinggg……. Bunyi alarm jadulku teriak-teriak tanpa ampun merusak mimpiku yang lagi nyentuh klimaks. Aduuuhhh, alarm sialan!! Jadi kagak tau dah akhir ceritanya keik mana. Kagak asik banget neh, endingnya nanggung begitu *hehehe. Mana belum tau juga orang yang mau ngelamar itu siapa,haaahhsshhh.. :(, batinku sedikit kecewa.

Rasanya pagi itu aku gak ikhlas terbangun gara-gara alarm sialan yang gak mau nunda jatahnya buat ngrecokin orang buat lekas sadar. Pengen tidur lagi, siapa tau mimpinya ber-episode *hihihi. Sumpriitt, sebenernya masi penasaran juga ama tu orang. Hmmm… siapa ya kira-kira?? Apakah si A, si B, atau si C? Jawabannya akan kita ketahui bersama setelah saya mendapatkan kelanjutan dari mimpi (yang cukup gokil) itu *hehehe. Yang penting doakan saya sajalah yaaa… semoga dalam waktu dekat saya mendapatkan sambungan dari mimpi itu en (berharap lagi) biar that dream comes true ^^.

Oh iya sedikit lagi, ada satu hal yang belum aku sampaikan. Gara-gara mimpi itu, aku gak pernah bisa berhenti tersenyum pas mengenangnya *jiaaahhhh…ehm..^^. Bisa gilak ne kalo keik gini mulu *hehehe. Aahh, udahlah yaa..takutnya makin ngaco en malah ngomongin hal-hal yang aku inginkan *wkwkwk.
See you.. :)

Jan 1, 2011

gretongan akhir taon

Namanya juga mahasiswa, yang girang banget kalo ada yang namanya gretongan, traktiran dan apapun bentuk dan kemasannya asal kagak bayar *hehehe. Kagak asoy gimana, denger-denger dari kabar yang santer berhembus akhir taon ini bakal ditutup pake acara traktiran ultahnya si Ta. Mantep gak tu, uda akhir taon, akhir bulan, akhir pula duit di kantong *hehehe, ketawa jahat. Tapi keiknya gak jadi masalah de buat temen AbnoFunia yang satu ini. Semuanya beres dah, tinggal pilih aja *maksudnya tetep dia yang milih, yang laen makmum^^.

Gak tau uda keik tradisi atau karena paksaan anak-anak, tiap kali ada yang ultah diminta sedekahnya buat para kaum yang mikir-mikir kalo makan enak *wkwkwk. Sebenernya gak gitu-gitu amat si, cuma temen-temenku tu girang banget kalo diajak ngumpul apalagi di situ ada makanan. Heboh pada cerita, heboh pada makan, heboh pula bikin kisruh. Apalagi momen keik gini, sayang banget kalo dilewatin ^^.

Phapz' wet shoes

Pernah kepikiran gak kalo ngerjain orang tu salah satu dari kelebihan manusia? Menurut teori ngasal dari buah pikiran saya sendiri, gak semua orang lho bisa ngerjain orang *ngerti kan maksud aku?:). At least ada tiga golongan gitu dah *hahaha, makin ngaco. Pertama, ada yang punya gagasan te o pe tapi gagal dalam pelaksanaan misi. Kedua, ada yang gak punya ide brilian tapi canggih banget dalam prakteknya. Nah yang terakhir ini yang langka banget, punya pemikiran cerdas ditambah ide-ide segar terus jago banget terjun di lapangan en sukses mengerjai targetnya. Nah lho, kaliyan termasuk golongan yang mana? Jangan golput apalagi ikut golongan gak jelas ya ^^. Silakan dijawab dalam hati, mengheningkan cipta mulai *???

Ngomong-omong soal bakat ngerjain orang, aku pikir aku sudah berada di tempat yang sebagaimana mestinya *hahaha. Gimana enggak, makin ‘gila’ aku berada di antara anak-anak De Dua yang makin lama makin mengelupas topengnya. ASLI!! parah banget. Hal sekecil apapun kalo uda di tangan Abnofunia bakal jadi sesuatu yang bikin siapapun bakal malu nyebut ‘teman’ *wkwkwk. Ada dari sekian cerita yang bikin ngakak kalo inget en bikin diriku gak bisa tidur tenang gara-gara telat banget menghijrahkan cerita ini ke planetku *hehehe. Dan semuanya berawal dari sini..